Pengertian Frustasi

Pengertian Frustasi

1. Pengertian Frustasi

Kata Frustasi berasal dari bahasa Latin Frustation, yaitu perasaan jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Semakin penting tujuannya, semakin besar frustasi yang dirasakan. Kebutuhan seseorang tidak selalu dapat dipenuhi dengan lancar dan sering kali terjadi hambatan dalam pemuasan suatu kebutuhan, motif, dan keinginan, keadaan terhambat dalammencapai suatu tujuan dinamakan frustasi (Nihayatus 2008).

Menurut Kartono (2003) frustasi adalah suatu keadaan di mana suatu kebutuhan tidak dapat terpenuhi dan tujuan tidak dapat tercapai sehingga mengalami kegagalan. Menurut Nur (2015) Frustasi adalah keadaan batin seseorang, ketidakseimbangan dalam jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat/dorongan yang tidak dapat terpenuhi. Sementara itu frustasi menurut ilmu kesehatan mental yaitu seseorang yang mengalami suatu keadaan, di mana satu kebutuhan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan tidak bisa tercapai, sehingga orang kecewa dan mengalami satu barrier atau halangan dalam usahanya mencapai satu tujuan maka orang tersebut mengalami frustasi (Nur, 2015).

Menurut Sanggadah (2008) frustasi adalah suatu proses dimana tingkah laku kita terhalang, oleh karena kebutuhan, manusia bertindak atau berbuat atau bertingkah laku untuk mencapai tujuan yaitu melayani kebutuhan yang sesuai dengan dorongan, suatu keadaan perasaan yang disertai proses rintangan.

Dollard, et-al (2010) menyatakan mengenai frustration/kekecewaan, yakni suatu keadaan terhalangnya pemenuhan suatu motif. Frustration nomally refer to environmental blocking of motive, but sometimes to an understate emotional resulting from the blocking. (kekecewaan pada umumnya berhubungan dengan terhalanginya motif/penggerak yang bersifat lingkungan, tetapi kadang-kadang pada ketidaknyamanan kondisi emosional akibat dari halangan). Pada dasarnya kekecewaan berasal dari hambatan penemuan motif, baik hambatan dari lingkungan maupun hambatan dari kondisi/keadaan emosi/perasaan individu.

Berdasarkan penjelasan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa frustasi adalah tingkah laku seseorang yang terhalang, hasrat-hasrat yang tidak terpenuhi dalam menjapai tujuan. Tujuan tersebut tidak dapat tercapai sehingga terus menerus mengalami kegagalan yang berimbas pada kekecewaan dan rasa frustasi.

 

2. Faktor yang Mempengaruhi Frustasi

Tingkah laku manusia merupakan metamorfisis beberapa kebutuhan dan ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Ketegangan atau konflik batin akan timbul pada seseorang jika kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri terhalang. Sebaliknya, ketegangan dan konflik batin akan lenyap bila semua kebutuhan dapat dipuaskan atau dipenuhi dari salah satu bentuk ketegangan atau ketidaknyamanan yang timbul sebagai akibat dari tidak terpenuhi atau terpuaskan kebutuhan tersebut dinamakan frustasi.

Menurut Sanggadah (2008) ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat frustasi adalah :

a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan adalah keadaan kekecewaan dan goncangan perasaan yang dialami individu karena gagal dalam mencapai tujuan yang disebabkan oleh adanya rintangan yang berasal luar individu, diantaranya adalah alam sekitar berupa peristiwa-peristiwa tragis, sistem hubungan antar pribadi yang salah, norma-norma sosial, peraturan perundang-undangan dan adat istiadat.

b. Faktor Pribadi

Faktor Pribadi adalah faktor yang di awali oleh seseorang karena kurang atau bahkan tidak memiliki kemampuan fisik bahkan mental untuk mencapai tujuan atau cita-cita.

c. Faktor konflik

Faktor konflik adalah frustasi yang terjadi dalam diri seseorang karena ada pertentangan batin dalam diri untuk mencapai tujuan.

 

Semiun (2006) menambahkan ada dua sumber utama frustasi yaitu sumber yang berasal dari luar (situasi-situasi dari luar) dan sumber dari dalam (dinamika batiniah orang itu sendiri). Faktor-faktor dari luar berupa:

  1. Adat kebiasaan atau peraturan-peraturan masyarakat yang membendung kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan individu.
  2. Hal-hal yang mengganggu, lebih-lebih yang berhubungan dengan kepentingan-kepentingan dan cara-cara hidup individu yang sudah biasa.
  3. Kondisi-kondisi sosio-ekonomis yang menghalangi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar jasmaniah individu.

Faktor-faktor dari dalam berupa :

  1. Kekurangan diri sendiri, seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan.
  2. Konflik, faktor ini juga dapat menjadi sumber internal dari frustasi saat seseorang mempunyai beberapa tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain.

 

3. Aspek-Aspek Frustasi

Dimensi frustasi adalah ketegangan, sehingga usaha yang dilakukan seserorang untuk mengatasi frustasi adalah dengan mengurangi ketegangan – ketegangan yang terjadi dengan cara memberikan reaksi pada frustasi. Reaksi itu sendiri adalah aksi atau usaha yang ditimbulkan karena adanya suatu pengaruh atau peristiwa jadi reaksi dapat diartikan aksi dan usaha yang ditimbulkan dan dilakukan oleh seseorang yang sedang mengalami frustasi.

Menurut Schneider (dalam Sangadah 2008) frustasi dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:

  1. Frustasi dapat ditandai dengan adanya respon yang tidak berarti Respon ini muncul karena ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu dalam kondisi frustasi. Respon ini berupa respon keluar seperti marah, kesal, iri dan respon ke dalam seperti malu, kecewa dan menangis.
  2. Kekacauan emosi menimbulkan keadaan yang meledak guna melepaskan ketegangan, perasaan yang terpendam atau kebingungan. Apabila motivasi kurang dapat dipahami dan ekspresi yang biasa muncul dari frustasi tidak ada, maka akan menimbulkan ketidakberdayaan seperti cemas, pusing, gelisah yang terjadi secara bersamaan.
  3. Tanda frustasi yang lain adalah kebiasaan yang muncul mudah menyerah, menghindari diri dari tugas dan posisi yang menuntut tanggungjawab yang serius.

 

Ahli lain menjelaskan mengenai aspek frustasi yang memiliki makna yang sama dengan aspek sebelumnya, Sutarjo (2007) berpendapat bahwa aspek frustasi sebagai berikut:

  1. Blocking yaitu reaksi tak bereaksi (tidak menampilkan perilaku apapun). Sebagai akibat dari adanya hambatan yang menimbulkan frustasi itu, individu tidak dapat menentukan perilaku mana yang membawanya lepas dari situasi atau keadaan frustasi tersebut.
  2. Agresi adalah suatu tindakan yang ditujukan pada penghambat, tetapi dengan efek maupun cara yang merusak. Dalam hal ini kerusakan itu bisa dirinya sendiri orang lain, maupun system.
  3. Breakdown atau disebut juga sebagai suatu yang menggambarkan perasaan kecewa atau putus asa adalah suatu reaksi yang sifatnya destructive dalam bentuk tidak mau atau tidak berkeinginnan untuk berusaha lebih lanjut dalam mencapai apa yang diinginkannya.
  4. Penggunaan defensemechanisms yang berlebihan, yaitu antara lain menganggap bahwa frustasi itu tidak ada atau tidak berarti baginya (denial) padahal dapat merasakannya.

Menurut buku Psikologi umum bimbingan Drs. Irwanto (1989) menjelaskan tentang reaksi individu yang mengalami frustasi, yaitu :

  1. Agresi, frustasi erat kaitannya dengan hambatan unuk bertindak namun terhalang oleh suatu hal, maka energi yang sudah disiapkan akan cenderung dimaninfestasikan dalam bentuk tindakan agresif.
  2. Mekanisme Pertahanan Diri, ada beberpa bentuk mekanisme pertahanan diri individu dalam mempertahankan egonya, yaitu:
  • represi, menekan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan ke alam bawah sadar.
  • regresi, meminta perhatian dengan merajuk atau marah-marah.
  • rasionalisasi, menalar selogis mungkin.
  • proyeksi, menyalahkan orang lain.
  • reaksiformasi, rasa benci atau sebaliknya dan biasanya agak berlebihan.
  • sublimasidisplacemen, mengarahkan pada hal lain.

 

     3. Apati, rasa tidak berdaya yang membuat individu merenungi diri sendiri dan mengucilkan diri dari lingkungan sekitar.

 

 

Konsultan Psikologi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *