Definisi inteligensi telah banyak yang dikemukakan oleh para ahli psikologi maupun ahli pendidikan. Beberapa diantaranya antara lain:
- P. Guilford menjelaskan bahwa tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Lebih jauh, Guilford menyatakan bahwa inteligensi merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus.
- Howard Gardner (1985) mengemukakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah, atau menciptakan suatu produk dalam berbagai macam setting dan dalam situasi nyata.
- David Wechsler (dalam Jackson, 2003), Inteligensi adalah kapasitas keseluruhan atau global individu untuk bertindak, berpikir rasional, dan menangani lingkungan secara efektif. Istilah keseluruhan atau global digunakan karena terdiri dari elemen atau kemampuan yang meskipun tidak sepenuhnya independen, namun secara kualitatif terdiferensialkan.
- William Stern mengemukakan inteligensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa inteligensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada inteligensi seseorang (Anne Anastasi, 1997).
- Alfred Binet (dalam Kaplan, 2009) seorang tokoh utama perintis pengukuran inteligensi bersama Theodore Simon mendefinisikan inteligensi sebagai sisi tunggal dari karakteristik seseorang yang terdiri atas tiga komponen, yaitu:
-
- Kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan
- Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan
- Kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticism
Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat di jelaskan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional.
Teori-teori Intelegensi
Penggambaran secara sepintas tentang inteligensi sebagai suatu kemampuan dasar yang bersifat umum telah berkembang menjadi berbagai teori inteligensi, diantaranya adalah:
- Teori Uni faktor
Teori ini dipandang sebagai teori yang tertua. Alfred Binet termasuk salah satu ahli psikologi yang mengatakan bahwa inteligensi bersifat monogenetik, yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum. Menurut Binet, inteligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Binet menggambarkan inteligensi sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu kriteria tertentu. Jadi untuk melihat apakah seseorang cukup cerdas atau tidak, dapat diamati dari cara dan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya itu apabila perlu. Inilah yang dimaksud dengan komponen arah, adaptasi dan kritik dalam definisi inteligensi.
- Teori Dwifaktor (The Two-Factor Theory)
Teori dwifaktor dikembangkan oleh Charles Spearman seorang psikolog dan ahli statistik dari Inggris. Spearman (1927) mengusulkan teori kecerdasan dua faktor yang menurutnya dapat menjelaskan pola hubungan antara kelompok tes kognitif yang ia analisis. Dalam bentuknya yang paling sederhana, teori ini menyatakan bahwa kinerja pada setiap tugas kognitif tergantung pada faktor umum (g) ditambah satu atau faktor yang lebih spesifik dan unik untuk tugas tertentu (s) (Aiken, 1997). Kedua faktor ini, baik faktor“g” maupun faktor “s” bekerja bersama-sama sebagai suatu kesatuan. Semua faktor yang spesifik akan bersama-sama membentuk single common factor “g” faktor. Spearman berpendapat bahwa kemampuan seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada kemampuan umum maupun kemampuan khusus. Jadi setiap faktor baik faktor“g” maupun faktor “s” memberi sumbangan pada setiap perilaku yang intelegen.
- Teori Multifaktor (Multiple factor Theory)
Teori multifaktor dikembangkan oleh Edward Lee Thorndike (1916). Menurut teori ini, inteligensi terdiri dari hubungan-hubungan neural antara stimulus dan respon. Hubungan-hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku indivivu. Pada dasarnya teori Thorndike menyatakan bahwa inteligensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam wujud perilaku intelegen. Thorndike mengemukakan empat atribut inteligensi, yaitu: Tingkatan, Rentang, Daerah dan Kecepatan.
- Teori Hirearki
Model Hirearki dicetuskan oleh Vernon. Dalam menjelaskan teori inteligensinya, teori ini menempatkan satu faktor kognitif umum (g) dipuncak hierarki, kemudian dibawahnya terdapat dua faktor inteligensi utama (mayor) yaitu verbal eduacitional (v:ed) dan practical-mechanical-spatial (k:m). Setiap kelompok mayor tersebut kemudian terpecah ke dalam beberapa faktor kelompok minor. Sebagai contoh, v:ed terdiri dari kemampuan seperti kefasihan verbal, kemampuan numerik, dan mungkin kreativitas. Beberapa faktor kelompok kecil di bawah k:m adalah pemahaman mekanik, kemampuan psikomotorik, serta hubungan spasial yang kemudian terpecah lagi menjadi bermacammacam faktor spesifik pada tingkat hierarki yang paling rendah. Dalam model hirarki kemampuan mental Vernon apabila semakin tinggi posisi faktor dalam diagram maka semakin luas rentang perilakunya.
- Teori Primary Mental Ability
Teori ini dikembangan oleh L.L. Thurstone berdasarkan analisis faktor dengan mengkolerasikan 60 tes, yang akhirnya disusun menjadi kecakapan-kecakapan primer. Thurstone menjelaskan mengenai organisasi inteligensi yang abstrak atau biasa disebut dengan “Primary-Mental Ability”. Thurstone berpendapat bahwa inteligensi terdiri dari faktor yang jamak (multiple factors), mencakup tujuh kemampuan mental utama (primary mental abilities), yaitu:
- Verbal meaning (V): Memahami gagasan dan arti kata, yang diukur dengan tes kosa kata.
- Number (N): Kecepatan dan akurasi melakukan perhitungan aritmatika.
- Space(S): Kemampuan visualisasi hubungan yang berbentuk dalam tiga dimensi, seperti dalam mengenali gambar dalam orientasi berbeda.
- Perceptual speed (P): Kemampuan untuk membedakan detail visual, serta menetapkan persamaan dan perbedaan antara obyek dalam gambar secara cepat.
- Word fluency (W): Kecepatan dalam memikirkan kata-kata, seperti dalam membuat puisi atau dalam memecahkan anagram.
- Memory(M): Kemampuan untuk menghafal kata-kata, angka, huruf, dan sejenisnya, dengan cara menulis.
- Inductive reasoning (I) aturan dari informasi: Kemampuan untuk menurunkan yang diberikan, seperti dalam menentukan aturan dari serangkaia angka dari hanya sebagian dari rangkaian angka tersebut.