Metode-metode Penyelidikan Dalam Psikologi Sosial

Metode-Metode Penyelidikan Dalam Psikologi Sosial

Metode-metode penyelidikan dalam lapangan psikologi sosial pada garis besarnya tidak jauh berbeda dengan yang dipergunakan dalam lapangan psikologi pada umumnya. Disamping metode – metode yang dipergunakan dalam lapangan psikologi, dalam psikologi sosial masih mempergunakan metode yang sering dipergunakan dalam lapangan sosiologi. Dengan demikian salah satu pengaruh dari sosiologi terhadap psikologi sosial kemudian diterapkan dalam lapangan psikologi sosial.

Berbicara mengenai metode dalam psikologi ini sebenarnya menyangkut beberapa segi, yaitu metode didalam menentukan obyeknya, metode didalam mengumpulkan data dan metode didalam menganalisa data.

Dalam rangkaian ini akan dikemukakan mengenai metode didalam menentukan data, sedangkan yang pertama dan ke tiga biasanya dibicarakan dalam metode riset, dan khusus pengolahan data dibicarakan dalam statistik, bila pengolahan secara statistik.

Sifat penyelidikan didalam lapangan psikologi sosial dapat bersifat eksperimental maupun non eksperimental. Dalam penyelidikan secara eksperimental,penyelidik dengan sengaja menimbulkan situasi yang ingin diselidiki (misalnya : penyelidikan Asch).sedangkan yang non eksperimental tidak demikian keadaanya, menunggu sampai ada situasi yang akan diselidiki itu.

 

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode penyelidikan dalam lapangan psikologi sosial. Yang dimaksut dengan observasi baiklah kami kemukakan apa yang diajukan oleh Pauline V.Young,sebagai berikut :

Observation is a systematic and deliberate study through the eye spontaneous accourrences ata they occur. The purpose of observation to perceive the nature and extent of significant interrelated elements with complex social phenomena culture patterns or human conduct“. (Pauline V.Young 1966.159)

Jadi dengan demikian maka dapat dikemukakan bahwa observasi merupakan suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematik dan dengan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata)terhadap kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi. Ini berarti bahwa observasi tidak dapat digunakan terhadap kejadian-kejadian yang sudah terjadi (kejadian yang sudah lewat).

Oleh karena observasi menggunakan alat indera, maka agar hasil observasi baik, salah satu hal yang dituntut ialah menggunakan dengan sebaik-baiknya. Di dalam penyelidikan observasi pada umumnya merupakan metode yang fundamental. Seperti pula apa yang dikemukakan Van Dalen: “Observation is fundamental in research for it produces one of the basic elament of science of facts. Observation is an activity the research worker enganges in through out the several stages of his investigation”.

Oleh karena observasi dijalankan dengan menggunakan alat indera, maka segala sesuatau yang dapat ditangkap dengan alat indera dapat diobservasikan. Karenannya maka observasi itu menyangkut masalah yang sangat kompleks, dan observasi harus bersikap sesitif dalam menangkap atau memilih data yang akan diambil.

Dalam observasi kita kenal adanya bermacam- macam jenis observasi, yaitu:

  1. Observasi yang berpartisipasi (participant observation). Dalam observasi bentuk observer turut mengambil bagian di dalam peri kehidupan atau situasi dari orang-orang yang yan observasinya. Pada umumnya bentuk ini dipergunakan untuk mengadakan penyelidikan yang bersifat eksploratif, dan biasanya untuk satuan atau unit-unit sosial yang kecilpun orang dapat menggunakan bentuk ini. Jadi kalau misalnya akan menyelidiki kehidupan orang desa, maka observer harus ikut pula dalam kehidupan desa itu sehari-sehari, jadi observer turut serta dalam kehidupan orang-orang yang di selidiki.
  2. Observasi non partisipasi (non participant observation). Observasi ini merupakan kebalikan dari partisipasi dalam observasi ini observer tidak ikut ambil bagian secara langsung di dalam situasi kehidupan yang di observasinya, karenanya dapat dikatakan hanyasebagai penonoton saja jadi tidak sebagai pemain. Sebagai contoh misalnya kalau kita mengadakan penyelidikan disebuah desa, maka kita datang didesa itu akan menyelidikinya, kemudian kembali ke kota lagi, dan keesokan harinya datang lagi ke tempat penyelidikan. Kalau kita mengadakan observasi terhadap anak-anak bermain, penyelidik tidak ikut dalam permainan itu.
  3. Quasi partisiasi: quasi partisiasi yaitu apabila observasi itu seolah-olah observer turut berpartisipasi. Jadi sebenarnya hanya pura-pura saja turut ambil bagian dalam situasi kehidupan observees.

 

Klasifikasi tersebut diatas dilihat dari peranan observer atau penyelidik, turut serta tidaknya observer dalam situasi kehidupan dari observees. Tetapi disamping itu observasi dapat dibedakan atas observasi yang sistematis dan observasi yang tidak sitematik (non sistematis).

1. Observasi sistematik

Observasi ini dilaksanakan dengan menggunakan rencana kerangka terlebih dahulu. Karenanya sering pula disebut “structured observation”. Jadi telah adanya struktur yang tertentu, segala sesuatu telah di sistematisasi mengenai hal-hal apa yang akan diobservasi, telah dibuat kategori-kategori tertentu. Karenanya observasi macam ini juga sering disebut observasi dengan sistem kategorisasi.

 

2. Observasi non sistematik

Observasi ini merupakan observasi yang belum disistematisasi mengenai hal-hal yang akan di observasinya. Tetapi ini tidak berarti bahwa observasi ini adalah yang tidak berencana, hanya materi atau hal-hal apa yang akan di observasi belum disistematisasi seperti pada observasi yang sistematik. Pada observasi ini observer menagkap apa yang dapat di tangkap, jadi observasi jenis ini observasi belum terbatas pada tahun atau materi yang telah dikategorikan seperti pada system kategorisasi. Jadi pada system kategorisasi. Jadi pada system ini masih luas bidang geraknya, belum terbatas kepada hal-hal yang tercantum dalam kategori-kategori. Kalau pada system kategorisasi kita tidak memberikan ceking misalnya kepada sifat-sifat atau keadaan-keadaan yang telah ditentukan terlebih dahulu, sedankan dalam non sistematik hal semacam ini belum ditentukan.

 

Dilihat dari segi situasinya, maka observasi dapat pula dibedakan observasi dalam “free situasi, manipulated situation, partially control situation“.

  1. Free situation observation“, yaitu merupakan observasi yang dijalankan dalam situasi yang bebas, tidak adanya hal-hal atau factor-faktor yang membatasi jalanya observasi itu. karenanya situasi belum merupakan situasi yang terkontrol (uncontrolled situation).
  2. Manipulated situation observation” yaitu merupakan observasi yang situasinya dengan sengaja diadakan. Dengan sengaja observer memasukkan faktor-faktor atau variabel-variabel dalam situasi tiu untuk menimbulkan situasi yang dihendaki. Karenanya situasi yang demikian merupakan situasi yang terkontrol, selalu dalam pengontrolan observer misalnya dalam penyelidikan yang eksperimental.
  3. Partially controlled situation observation” yaitu merupakan percampuran dari keadaan observasi yang terdahulu jadi sebagian situasinya dengan sengaja diadakan atau di timbulkan sehingga sifatnya terkontrol, sebagian dalam “free situation”. Misalnya dalam penyelidikan dengan menggunakan “one way vision screen“.

Dengan demikian maka ternyata ada adanya bermacam-macam jenis observasi. Dengan adanya bermacam-macam jenis ini, masing-masing dapat digunakan sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh observer atau penyelidik.

 

Materi Observasi

Tentang materi apa yang di observir adalah tergantung kepada maksud serta tujuan dari observasi itu. seperti telah dikemukakan diatas bahwa apa yang dapat diobservasi itu banyak sekali, tidak terbatas. Tetapi yang membatasi apa yang perlu diobservasi itu adalah maksud serta tujuan dari observasi itu. Apakah akan mengobservasi tingkahlaku, latar belakang sosial atau keadaan-keadaan yang lain. Karenanya menentukan apa yang akan diobservasi adalah merupakan langkah yang penting dalam observasi. Setelah menetukan tentang apa yang akan diobservasinya, maka observer harus senantiasa berpegang kepada titik ini sebagai titik tolak dalam arah observasi, jangan sampai observasi menyimpang dari tujuanya.

 

Pencatatan hasil observasi

Bilamana dan bagaimana mencatat hasil observasi, adalah merupakan hal yang penting dalam rangka observasi. Banyak hasil observasi yang kurang sempurna karena ketidak tepatan didalam mencatat hasilnya. Mencatat hasil dengan segera adalah merupakan langkah yang sebaik-baiknya dalam observasi. Karena pencatatan dengan segera ini (on the spot) akan mengeliminasi hal-hal yang tidak sebenarnya dan mengingat pula bahwa ingatan manusia itu terbatas, yaitu karena akan lupa. Sehingga dengan pencatatan “on the spot” ini akan mengatasi kelupaan yang mungkin terjadi dari apa yang mungkin diobservasinya. Tetapi dengan cara ini kita lihat adanya kelemahan, yaitu observasi mungkin kurang teliti karena perhatiaanya mendua, yaitu mengikuti kejadian-kejadian dan mencatat apa yang dapat diobservasinya. Disamping itu juga dapat menimbulkan kecurigaan dari observees, sehingga keadaan ini akan mengganggu situasi observasi.

Berhubung dengan hal tersebut maka disamping cara pencatatan secara “on the spot”, adapula pencatatan yang dilakukan bila observasi telah selesai berlangsung. Tetapi cara ini pun terlihat pula adanya kelemahan -kelemahan disamping adanya keuntungan- keuntungan. Dengan cara ini situasi observasi tidak akan terganggu, observes tidak akan curiga, namun oleh karena ingatan manusia terbatas, sehingga hasil observasinya mungin tidak sesuai dengan kenyataan, karenanya hasilnya kurang baik.

Untuk mengatasi persoalan tersebut diatas, maka sering diambil jalan tengah (lebih-lebih kalau observasi itu makan waktu yang lama) yaitu mencatat hasil observasi itupada garis besarnya dengan menggunakan “key words” maupun “key symbols“. Dengan cara ini kelemahan-kelemahan dari kedua cara tersebut dapat diatasi. Berdasarkan atas “key word” dan “key symbols” itu bila observasi telah selesai dapat diolah lebih lanjut sehingga merupakan hasil yang lengkap sebagai hasi observasi.

 

Fakta dan Interpretasi

Fakta dan interpretasi merupakan hal yang harus diperhatikan dalam observasi. Observasi merupakan hal yang obyektif. Apa yang diobservasi merupakan fakta, sedangkan interpretasi telah merupakan sudut pandangan atau pendapat dari observaser. Karenanya dalam observasi harus selalu diingat bahwa apa yang didapat masih merupakan fakta. Interpretasi diberikan setelah observasi selesai. Fakta tetap merupakan fakta yang obyektif, sedangkan interpretasi adalah bersifat subyektif. Misalnya: anak yang menangis sama-sama diobservasi. Faktanya sama, yaitu anak menangis. Tetapi masing-masing orang dapat memberikan interpretasi yang berlain-lainan satu dengan yang lainnya. Yang satu menyatakan bahwa anak itu sakit, sedangkan yang lainnya menyatakan tiu lapar dan sebagainya. Karena itu dalam observasi tetang pencatatan sering dibedakan mana yang berujud fakta dan interpretasi.

 

2. Kuesioner

Kuesioner atau sering pula disebut angket adalah merupakan suatu metode penyelidikan dengan menggunakan daftar pernytaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi obyek dari penyelidikan tersebut dengan “questionnaire” itu tergantung kepada maksud serta tujuan yang ingin dicapainya. Hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap materi serta bentuk pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuesioner itu. Pada garis besarnya dalam kuesioner itu kita dapati adanya 2 (dua) bagian yang besar itu.

  1. Bagian yang mengandung data identitas.
  2. Bagian yang mengandung pernyataan- pernyataan yang ingin memperoleh jawabanya.

Bagian yang mengandung data identitas yaitu merupakan bagian yang mengandung identitas dari orang yang dikenal kuesioner itu, misalnya: nama, tempat dan tanggal lahir, bangsa, agama, sekse, dan sebagainya. Sedangkan bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan itu dapat untuk mendapatkan fakta tetapi juga dapat untuk mendapatkan opini-opini. Pertanyaan-pertanyaan disini ada berapa macam jenis atau bentuk yang sekaligus memberikan bentuk atau jenis kuesioner itu, yaitu:

  • Pertanyaan yang tertutup (closed questions)

Ini merupakan bentuk dimana orang yang menjadi obyek kuesioner itu tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan dalam kuesioner itu. Jadi jawabanya telah terikat, sehingga orang tidak dapat memberikan jawabanya yang seluas-seluasnya yang mungkin dikehendaki oleh orang yang bersangkutan. Bentuk kuesioner yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang demikian coraknya disebut kuesioner yang tertutup (closed questionnaire). Biasanya kalau persoalanya telah jelas digunakan bentuk ini.

  • Pertanyaan yang   terbuka   (open   questions)  

Ini merupakan bentuk dimana pertanyaan- pertanyaan itu masih memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi orang untuk memberikan jawabannya. Kuesioner yang mengandung pertanyaan- pertanyaan semacam ini ialah kuesioner yang terbuka (open questionnaire). Biasanya kalau akan mendapatkan poini dipakai bentuk ini.

  • Pertanyaan yang terbuka dan tertutup.

Ini merupakan campuran dari kedua pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas. Kuesioner yang mengandung petanyaan- pertanyaan semacam ini disebut kuesioner yang terbuka dan tetutup (open and closed questions).

 

Dilihat dari cara memberikan, kuesioner itu dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

a. Kuesioner yang langsung

Kuesioner langsung yaitu kuesioner yang langsung diberikan kepada obyek yang dikenainya, tanpa menggunakan peratara. Jadi kita langsung mendapatkan bahan dari sumber pertama (first resource). Misalnya bila kita ingin menyelidiki para pamong desa maka kuesioner langsung kita berikan kepada pamong desa yang menjadi obyek peyelidikan.

b. Kuesioner yang tidak langsung

Kuesioner tak langsung yaitu kuesioner yanag menggunakan perantara di dalam menjawabnya, sehingga jawaban-jawaban tidak langsung kita dapatkan dari sumber pertama, tetapi melalui perantara. Jadi kuesioner tidak langsung diberikan kepada obyek, tetapi diberikan kepada orang-orang yang dapat digunakan sebagai perantara. Misalnya kalau akan mengadakan peyelidikan kepada para pamong desa, kuesioner tidak diberikan kepada para pamong desa yang bersangkutan, tetapi misalnya kepada camat yang dipandang dapat dipergunakan sebagai perantara untuk dapat memberikan jawaban- jawaban yang terdapat dalam kuesioner.

 

Mengingat bahwa kuesioner itu merupakan daftar petanyaan-pertanyaan, maka kuesioner itu dapat dikenakan kepada orang-orang sekalipun jauh tempatnya, maka kuesioner merupakan suatu metode penyelidikan yang praktis. Sekalipun demikian tidak semua situasi tepat dikenai dengan metode kuesioner ini, tetapi justru tepat dengan metode yang lain. Jadi keuntungan metode kuesioner itu antara lain:

  1. Oleh karena dengan metode ini adanya kemungkinan tidak dapat langsung berhadap muka dengan yang diselidik, maka bila ada hal-hal yang kurang jelas, keterangan yang lebih lanjut untuk diperoleh. Berhubung dengan hal tersebut maka kunci yang penting dalam kuesioner ialah terletak pada penyusun pertanyaan-pertanyaan yang baik. Dengan. Dengan penyusunan pertanyaan yang baik kelemahan tersebut dapat diatasi.
  2. Pertanyaan-pertanyaan telah tersusun sedemikian rupa sehingga dengan demikian maka pertanyaan-pertanyaan itu tidak dapat di rubah disesuaikan dengan situasinya sehingga dengan demikian kuesioner akan bersifat kaku.
  3. Biasanya tidak semua kuesioner yang telah dikeluarkan dapat kembali lagi. Hal ini harus masuk pertimbangan atau perhitungan kalau akan menggunakan kuesioner sebagai metode penyelidikan. Hal tersebut juga dapat diatasi bila mengadakan kontrolterhadap siapa-siapa saja kuesioner itu diberikan.

Tetapi sekalipun terdapat kelemahan-kelemahan didalam kuesioner ini, bila kuesioner disusun dengan sebaik-baiknya, maka sumbangan kuesioner tidak kecil sebagai salah satu metode penyelidikan untuk mendapatkan data.

 

3. Interview

Interview ini juga merupakan metode penyelidikan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Kalau dalam kuesioner pertanyaan-pertanyaan diberikan secara tertulis, maka dalam interview pertanyaan-pertanyaan diberikan secara lisan. Karenanya kalau kita lihat maka di antara kedua metode ini terdapat hal-hal yang bersamaan, yaitu sama-sama menggunakan pertanyaan-pertanyaan tetapi berbeda didalam soal penyajianya. Kalau kedua metode ini kita bandingkan maka pada interview terdapat kelebihan-kebihan tetapi juga terdapat kelamahan-kelemahannya. Keuntungan antara lain ialah:

  1. Dengan interview hal-hal yang kurang jelas dapat diperjelas sehingga orang dapat mengerti apa yang dimaksudkan. Hal yang semacam ini tidak didapati dalam kuesioner.
  2. Bahwa interview dapat menyesuaikan dengan kedaan yang di interview, hal ini juga tidak didapati dalam kuesioner.
  3. Karena di dalam interview adanya hubungan langsung (to relation) maka diharapkan dapat menimbulkan suasana hubungan yang baik dan ini akan memberikan bantuan di dalam mendapatkan bahan-bahan. Tetapi sebaliknya kalau hubungan ini tidak baik akan menghambat proses interview di dalam mendapatkan bahan.

 

Sedangkan kelemahan-kelemahannya antara lain:

  1. Dengan interview ini kurang hemat, baik dalam soal waktu maupun soal tenaga. Sebab dengan interview membutuhkan waktu yang lama, sehingga hal ini tidak menghemat pula dalam soal waktu yang digunakan. Misalnya untuk meng interview seseorang dibutuhkan waktu 1 (satu) jam, maka untuk 5 orang saja sudah membutuhkan waktu 5 jam.
  2. Dengan interview membutuhkan keahlian, sehingga untuk memenuhi ini membutuhkan waktu untuk mendapatkan didikan atau latihan yang khusus. Dan ini juga membutuhkan waktu tersendiri.
  3. Dengan interview bila telah adanya “prejudice” (prasangka). Maka hal ini akan mempengaruhi didalam hasil interview. Sehingga hasilnya tidak obyektif

Namun demikian sekalipun dalam interview terdapat segi-segi kelemahan kalau kita memperhatikan patokan-patokan yang ditentukan di dalam interview, metode interview memberikan sumbangan yang besar sebagai salah satu metode di dalam lapangan psikologi sosial. Suatu hal yang penting di dalam interview ialah membuat pertanyaan – pertanyaan sedemikian rupa, sehingga orang-orang yang ditanyai itu tidak merasa bahwa mereka diberi pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu (guide interview). Kemudian hasil interview itu dianalisa hingga mendapatkan hasil yang ingin diselidiki.

 

4. Sosiometri

Sosiometri merupakan salah satu metode penyelidikan dalam lapangan psikologi sosial, yaitu semula metode ini digunakan dalam lapangan sosiologi. Pengertian sosiometri pertama kali dikemukaan oleh Moreno dalam bukunya “who shall surviver“, yang kemudian mengalami perkembangan yang lebih lanjut, misalnya oleh Northway, Mc. Kinney Proctor dan Loomis. Yang dimaksud dengan sosiometri menurut Wrighstone, Justman dan Robbins, ialah: “sosiometry may be described as ameans of presenting simply and graphically the entire structure of relations existing at agiven time among members of a given group” ( Wrighstone et al. 1956 : 199).

Dengan perkataan sosiometri sebenarnya telah memberikan pengertian kepada kita yaitu tentang “ukuran berteman”. Jadi dengan sosiometri ini kita dapat melihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang. Baik tidaknya seseorang berteman atau mengadakan hubungan sosial dapat dilihat dengan menggunakan sosiometri ini, sehingga dengan demikian bantuan sosiometri besar sekali didalam mendapatkan data untuk mengetahui hubungan atau kontak sosial dari individu-individu dalam kelompoknya. Baik tidaknya hubungan sosial individu yang satu dengan yang lainnya dapat dilihat dengan menggunkan sosiometri ini.

Baik tidaknya hubungan sosial seseorang individu sebenarnya dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu:

  1. Dari segi frekuensi

Yang dimaksud dengan frekuensi yaitu sering tidaknya seseorang mengadakan hubungan dengan orang lain. Makin sering orang itu bergaul pada umumnya individu itu makin baik dalam hubungan sosialnya. Bagi individu yang mengisolir diri, dimana individu itu kurang sekali bergaul, hal ini menunjukkan bahwa didalam segi pergaulannya kurang baik, tetapi sampai seberapa jauh ini dapat dipastikan, inilah merupakn suatu hal yang sulit dapat diketahui. Karenanya segi frekuensi sebagai suatu ukuran atau kriteria untuk menentukan baik tidaknya seseorang dalam hubungan sosialnya kita akan menghadapi suatu kesulitan.

  1. Dari segi intensitas

Yang dimaksud dengan intensitas yaitu segi mendalam tidaknya seseorang itu didalam pergaulan atau hubungan sosialnya, atau yang sering disebut intim tidaknya didalam seseorang itu bergaul. Makin dalam hubungan sosialnya makin baik. Teman yang intim yang berarti mampu intensitas yang mendalam, adalah merupakan teman yang akrab yang lebih baik hubungannya dari pada teman yang kurang atau tidak intim. Tetapi kalau ini dipergaulan sebagai kriteria atau ukuran utuk menentukan sampai sejauh mana atau sedalam mana taraf baik tidaknya di dalam hubungan sosialnya, maka kita akan menghadapi kesulitan, yaitu untuk menentukan sampai sejauhmana dan sedalam mana yang dapat dipergunakan sebagai batasanya. Berhubungan dengan hal tersebut kalau ini dipergunakan sebagai kriteria, maka akan banyak didapati tendensi-tendensi yang bersifat subyektif.

  1. Dari segi popularitas

Yang dimaksud dengan popularitas, yaitu dalam arti banyak sedikitnya teman bergaul. Ini dapat dipergunakan sebagai kriteria pula untuk melihat baik buruknya individu di dalam mengadakan hubungan sosial. Makin banyak temanya di dalam pergaulan, pada umumnya dapat dinyatakan bahwa orang tersebut makin baik di dalam hubungan sosialnya. Factor popularitas inilah yang digunakan sebagai ukuran untuk melihat baik tidaknya seseorang didalam hubungan sosialnya, dan dari hubungan sebagai dasar dari sosiometri.

 

 

Konsultan Psikologi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *